Minggu, 29 Maret 2015

6 Destinasi Wisata yang Membuktikan Bahwa Toleransi Beragama Masih Ada di Indonesia


1. Di pusat ibukota, harmoni dua agama ditunjukkan oleh Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta yang dibangun saling berdampingan.

Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral via ocieyzoet.blogspot.com
Salah satu simbol kerukunan umat antar agama yang terletak di pusat Ibukota Jakarta adalah Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Mereka dibangun berdampingan, berdiri melengkapi satu dan lainnya. Gereja Katedral sendiri mulai dibangun sejak tahun 1891 dan sempat terhenti pembangunannya karena kekurangan biaya pada tahun 1892. Sedangkan Masjid Istiqlal yang terletak tidak jauh dari Gereja Katedral diprakarsai pembangunannya oleh Presiden Soekarno. Masjid ini sendiri diresmikan pada 22 Februari 1978. Lokasi pembangunan masjid yang berdampingan dengan Gereja Katedral ini dipilih untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan, dan toleransi umat beragama sesuai nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila.
Sejauh ini kegiatan keagamaan di dua tempat ini berjalan dengan baik. Bahkan ketika perayaan Natal berlangsung, banyak umat Muslim yang turut membantu pengamanan bersama-sama dengan kepolisian.


2. Jakarta juga punya bukti kerukunan umat beragama yang lainnya. Contohnya Masjid Al-Muqarrabien dan Gereja Masehi Injil di Jakarta Utara.

Temboknya pun saling menyatu
Temboknya pun saling menyatu via news.wedding.my.id
Jakarta masih punya tempat lain yang membuktikan adanya toleransi umat beragama di Indonesia. Dua tempat ibadah yang menjadi simbol kerukunan tersebut terletak di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Dua tempat ibadah tersebut adalah Gereja Masehi Injil Sangihe Talaud Mahanaim dan Masjid Al-Muqarrabien. Walau dibangun untuk dua keyakinan yang berbeda, dua tempat ibadah ini hanya terpisah oleh dinding.
Pendeta Barakatih dari Gereja Masehi Injil menuturkan bahwa banyak aktivis masjid yang aktif menjaga gereja agar tidak dibakar pada kerusuhan Tanjung Priok di tahun 1984. Hubungan baik antara kedua gedung dan pengurusnya tetap terjaga baik hingga kini. Hubungan baik itu dijaga oleh berbagai tindakan kecil. Misalnya, pengurus masjid sengaja memasang loudspeaker ke arah yang berlawanan dari gereja. Ini supaya umat Kristiani yang mendatangi misa gereja bisa khusyuk beribadah tanpa harus terganggu oleh suara adzan atau khotbah Jumat yang dilangsungkan di dalam masjid di sebelahnya.


3. Di Malang, kamu bisa menemukan GPIB Immanuel dan Masjid Agung Jami` yang bersanding berdampingan.

Di Malang juga ada
Di Malang juga ada via www.portalkbr.com
Di Malang, juga terdapat dua bangunan tempat beribadah yang saling berdampingan, kedua tempat ibadah tersebut berdiri berdekatan selama lebih dari 100 tahun. Lokasi kedua tempat beribadah ini terletak di jantung kota Malang, tepatnya di depan alun-alun kota, gereja yang dibangun pada tahun 1861 sedangkan masjid dibangun pada tahun 1875, meski hanya berhimpitan dipisahkan oleh kantor asuransi di tengahnya, tidak pernah ada pertengkaran ataupun percekcokan selama lebih dari 1 abad. Kedua pengurus tempat ibadat sering bekerja sama dan bertoleransi antara satu dengan yang lain, ketika perayaan natal tiba, pemuda Anshar dari Barisan Anshar Serbaguna (Banser) dan Remaja Masjid membantu berjaga keamanan dan tempat parkir jemaat. Begitu pun ketika sholat Id tiba, jamaah bisa sampe meluber di luar bangunan masjid, bahkan sebagian sholat di depan dan samping gereja.
Pada perayaan Idul Adha yang jatuh tanggal 5 Oktober 2014 bertepatan dengan jadwal kebaktian Gereja. Demi menghormati umat muslim yang sedang bergembira menyambut Idul Qurban, Jadwal kebaktian hapir 500an jemaat dimundurkan dan sang Khotib sholat Id ketika itu mengucapkan permintaan maaf diawal khutbahnya. Sebuah gambaran toleransi beribadah yang sangat indah.


4. Kompleks Puja Mandala adalah bukti kerukunan umat beragama di Bali.

Tempat ibadah 5 agama dalam satu tempat
Tempat ibadah 5 agama dalam satu tempat via www.tiketholiday.com
Kompleks rumah ibadah yang terletak di kawasan Nusa Dua, Bali ini tergolong unik dan menarik. Kenapa? Karena di tempat inilah terletak bangunan beribadah lima agama yang ada di Indonesia yang terletak dalam satu kompleks, mungkin juga hanya satu-satunya di dunia. Lokasinya berada di kawasan bukit Kampial, yang biasa kita lewati jika hendak bervakansi ke kawasan wisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) dari Tanjung Benoa. Kita dapat melihat lima bangunan peribadatan yang berderet, mulai dari Masjid, Gereja Katolik, Wihara, Gereja Kristen Protestan, dan Pura, mungkin karena itulah tempat ini disebut dengan nama Puja Mandala — yang artinya ruang untuk melakukan persembahyangan. Kita dapat melihat toleransi beragama ketika ibadah sedang berlangsung karena setiap agama mempunyai jadwal rutin yang berbeda dalam beribadah.
Kompleks tempat peribadatan ini juga sering disebut dengan miniatur kerukunan umat beragama di Indonesia, selain itu tempat ini telah membuktikan bahwa umat beragama di Indonesia bisa hidup rukun dan saling berdampingan.


5. Bangunan GKL Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah saling berbagi tembok di Solo.

Satu tembok, satu alamat
Satu tembok, satu alamat via sosbud.kompasiana.com
Bagi kamu yang berdomisili di Solo, mungkin sudah tidak asing lagi dengan kedua bangunan yang terletak di Jl. Gatot Subroto, jalan besar yang membelah kota Solo bagian selatan menjadi dua bagian. Yang menjadikan tempat ini unik adalah bangunan Gereja Kristen Jawa Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah yang berdempetan dan saling berbagi tembok, lebih unik lagi ternyata alamat dari dua bangunan ini sama, yaitu di Jalan Gatot Subroto no. 222.
Untuk mencegah konflik, masing-masing pengurus dari kedua bangunan peribadatan ini saling bekerjasama membangun sebuah tugu lilin. Tugu lilin tersebut adalah bentuk janji kedua pengurus bahwa mereka akan mengedepankan toleransi dan kerukunan antarumat beragama dalam setiap aktivitas mereka. Ini bukan cuma sekadar simbol. Nilai toleransi ini benar-benar dibuktikan dengan tindakan nyata. Jika hari Raya Idulfitri jatuh di hari Minggu, misalnya, pimpinan GKJ akan membatalkan jadwal kebaktian atau misa di hari itu dan memindahkannya ke hari yang lain. Ini supaya umat Muslim yang merayakan Idulfitri setahun sekali dapat beribadah dengan khidmat. Tidak hanya itu, ketika bulan Ramadhan tiba, pihak Gereja juga menyiapkan makanan dan minuman untuk berbuka puasa umat muslim.


6. Di Minahasa, Tugu ajaran 5 agama di Bukit Kasih Kanonang menjadi simbol indahnya perbedaan keyakinan.

Bukit doa dengan menara 5 agama
menara 5 agama di kabupaten Minahasa via flowerslane.com
Tugu yang terletak di Bukit Kasih Kanonang, kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara ini juga populer dengan sebutan wisata toleransi beragama. Tempat yang bisa dituju dengan waktu perjalanan selama 2 jam dari kota Manado ini memiliki menara dengan tinggi 22 meter dengan lima bidang sisi yang masing-masing sisinya terpahat relief simbol dari 5 agama besar di Indonesia. Selain itu, tempat wisata yang dibangun diatas tanah berukuran 4 hektar ini didirikan pada tahun 2002 dan memiliki 5 tempat ibadah bagi 5 agama yang berbeda di sekelilingnya.
Di tempat ini kamu dapat belajar, bahwa sesama manusia harus saling menghormati dan menyayangi, kamu juga harus menaiki tangga sebanyak 2.435 anak tangga, tak usah khawatir, rasa capekmu akan tergantikan dengan indahnya kawah belerang di sekitar tangga, yang airnya digunakan warga untuk memasak jagung, kacang, dan telur.

Tempat-tempat ibadah yang saling berdampingan itu adalah sebuah representasi agar kita saling menghormati kerukunan beragama, perbedaan memang sebuah keniscayaan yang tak bisa dihindari, tapi jika kita dapat menghargai perbedaan, kehidupan yang damai dan tenang tidak lagi menjadi sebuah angan-angan. Perbedaan agama merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang harus dijaga kelestariannya.

0 komentar:

Posting Komentar